Kamis, 18 April 2013

Kreativitas dan Inovasi dalam Berwirausaha


Menurut Teodore Levit, kreativitas adalah kemampuan untuk berfikir yang baru dan berbeda. Menurut Levit, kreativitas adalah berfikir sesuatu yang baru (thinking new thing), oleh karena itu enurutnya kewirausahaan adalah berfikir dan bertindak sesuatu yang baru atau berfikir sesuatu yang lama dengan cara-cara baru. Menurut Zimmerer dalam buku yang ditulis Suryana (2003 : 24) dengan judul buku “Entrepreneurship And The New Venture Formation”, mengungkapkan bahwa ide-ide kreativitas sering muncul ketika wirausaha melihat sesuatu yang lama dan berfikir sesuatu yang baru dan berbeda. Oleh karena itu kreativitas adalah menciptakan sesuatu dari yang asalnya tidak ada (generating something from nothing). Inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persolan-persolan dan peluang untuk meningkatkan dan memperkaya kehidupan (inovation isthe ability to apply creative solutions to those problems ang opportunities to enhance or to enrich people’s live). “Sometimes creativity involves generating something from nothing. However, creativity is more likely to result in colaborating on the present, in putting old things together in the new ways, or in taking something away to create something simpler or better”. Dari definisi diatas, kreativitas mengandung pengertian, yaitu :

1. Kreativitas adalah menciptakan sesuatu yang asalnya tidak ada.

2. Hasil kerjasama masa kini untuk memperbaiki masa lalu dengan cara baru.

3. menggantikan sesuatu dengan sesuatu yang lebih sederhana dan lebih baik.

Menurut Zimmerer(1996:7), “creativity ideas often arise when entrepreuneurs look at something old and think something new or different”. Ide-ide kreativitas sering muncul ketika wirausaha melihat sesuatu yang lama dan berpikir sesuatu baru dan berbeda. Oleh karena itu kreativitas adalah nenciptakan sesuatu dari yang asalnya tidak ada (generating something from nothing). Rahasia kewirausahaan adalah dalam menciptakan nilai tambah barang dan jasa terletak pada penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan meraih peluang yang dihadapi tiap hari (applying creativity and inovation to solve the problems and to exploit opportunities that people face every day). Berinisiatif ialah mengerjakan sesuatu tanpa menunggu perintah. Kebiasaan berinisiatif akan melahirkan kreativitas (daya cipta) setelah itu melahirkan inovasi. Menurut Zimmerer ada tujuh langkah proses berpikir kreatif dalam kewirausahaan, yaitu:

Tahap 1: Persiapan (Preparation)

Tahap 2: Penyelidikan (Investigation)

Tahap 3: Transformasi (Transpormation)

Tahap 4: Penetasan (Incubation)

Tahap 5: Penerangan (Illumination)


Tahap 6: Pengujian (Verification)

Tahap 7: Implementasi (Implementation)


Menjadi wirausaha yang handal tidaklah mudah. Tetapi tidaklah sesulit yang dibayangkan banyak orang, karena setiap orang dalam belajar berwirausaha. Menurut Poppy King, wirausaha muda dari Australia yang terjun ke bisnis sejak berusia 18 tahun, ada tiga hal yang selalu dihadapi seorang wirausaha di bidang apapun, yakni: pertama, obstacle (hambatan); kedua, hardship (kesulitan); ketiga, very rewarding life (imbalan atau hasil bagi kehidupan yang memukau). Sesungguhnya kewirausahaan dalam batas tertentu adalah untuk semua orang. Mengapa? cukup banyak alasan untuk mengatakan hal itu. Pertama, setiap orang memiliki cita-cita, impian, atau sekurang-kurangnya harapan untuk meningkatkan kualitas hidupnya sebagai manusia. Hal ini merupakan semacam “intuisi” yang mendorong manusia normal untuk bekerja dan berusaha. “Intuisi” ini berkaitan dengan salah satu potensi kemanusiaan, yakni daya imajinasi kreatif. Karena manusia merupakan satu-satunya mahluk ciptaan Tuhan yang, antara lain, dianugerahi daya imajinasi kreatif, maka ia dapat menggunakannya untuk berpikir. Pikiran itu dapat diarahkan ke masa lalu, masa kini, dan masa depan. Dengan berpikir, ia dapat mencari jawabanjawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan penting seperti: Dari manakah aku berasal? Dimanakah aku saat ini? Dan kemanakah aku akan pergi? Serta apakah yang akan aku wariskan kepada dunia ini?

Dalam buku Berwirausaha Dari Nol telah dapat disampaikan bahwa mereka:

1. digerakkan oleh ide dan impian,

2. lebih mengandalkan kreativitas,

3. menunjukkan keberanian,

4. percaya pada hoki, tapi lebih percaya pada usaha nyata,

5. melihat masalah sebagai peluang,

6. memilih usaha sesuai hobi dan minat,

7. mulai dengan modal seadanya,

8. senang mencoba hal baru,

9. selalu bangkit dari kegagalan, dan

10. tak mengandalkan gelar akademis.

Sepuluh kiat sukses itu pada dasarnya sederhana, tidak memerlukan orang-orang yang luar biasa. Orang dengan IQ tinggi, sedang, sampai rendah dapat (belajar) melakukannya.




Aktivitas bisnis sangat memerlukan orang-orang yang kreatif dan cepat tanggap terhadap setiap perubahan. Para peneliti telah mengatakan bahwa kreativitas menyangkut keputusan-keputusan Anda tentang apa yang Anda inginkan dan bagaimana Anda melakukannya dengan lebih baik. Jadi, urutan
tersebut melibatkan sebuah proses, bukan hanya melihat hasil akhir yang diharapkan, sehingga kita tidak perlu merasa sangat terbebani untuk menjadi kreatif.

sumber :
http://viewcomputer.wordpress.com/kewirausahaan/


Orang Cacat Yang Sukses - Irma Suyanti


Orang cacat yang sukses tokoh berikut ini sangatlah luar biasa dan bermental baja. Keterbatasannya tidak menghalangi untuk mencapai kesuksesan. Beliau adalah pengusaha penyandang cacat yang mempunyai karyawan hampir 2.500 orang. Wow ... angka yang sangat fantastis bagi kebanyakan orang normal lainnya. Bisa anda bayangkan bagaimana kerja keras dan keuletan beliau dalam memimpin perusahaannya mulai dari nol.

Tokoh orang cacat yang sukses ini sangatlah wajib untuk diangkat dan disejajarkan pada kalangan pengusaha sukses Indonesia karena kisah perjalanan beliau yang sangat inspiratif sekali. Besar harapan saya, pembaca sekalian bisa mengambil hikmah di dalam isi artikel pengusaha sukses Indonesia ini. Selanjutnya mari kita simak kisah perjalanan dan liku-liku tokoh pengusaha sekses ini.


Irma Suyanti

profil pengusaha sukses indonesiaPenyandang cacat adalah orang-orang yang selalu terpinggirkan, peminta-minta, pelengkap kehidupan maupun hal-hal yang serba kurang mengenakkan yang didapatkan. Hal itulah yang selama ini kita lihat dalam keseharian. Setiap kali kita berkendara di lampu merah, biasanya disitulah mereka mangkal untuk sekedar meminta belas kasihan pengendara yang lewat. Jika ada suatu kabar berita / cerita tentang penyandang cacat yang sukses besar, ah itu khan hanya dalam cerita yang telah didramatisir.Jika pemikiran saudara seperti kalayak banyak kayak di atas, bersiap-siaplah untuk menanggung malu dan kecewa berat. Karena hal itu tidak pernah terjadi pada diri IRMA SUYANTI. Seorang penyandang cacat lumpuh kaki akibat polio ini. Suami dari Agus Priyanto ini mampu memutar balikkan keadaan yang selama ini ditasbihkan pada diri seorang penyandang cacat.

Melawan keterbatasan, ketidakadilan, pencibiran dan pelecehan
Saya beberapa kali menyimak secara detail wanita lulusan SMA 1 Semarang ini, melalui acara stasiun televisi maupun media online. Irma Suyanti mampu melawan terhadap keterbatasan, ketidakadilan, pencibiran maupun pelecehan yang selama ini disandangkan kepada sesamanya.


Sejak tahun 1999, selepas menikah dengan Agus Priyanto (seorang penyandang cacat juga), berusaha untuk melawan keterbatasannya melalui usaha mandiri yang bermanfaat. Ia berusaha memanfaatkan potongan-potongan kain (kain perca) menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat dan mempunyai daya guna yang lebih. Ia dibantu oleh suaminya membuat usaha keset dari kain perca yang didapatkan dari penjahit-penjahit dilingkungannya. Ditangan Irma dan suaminya, kain perca ini disulap menjadi keset yang menarik.

Pada awalnya, untuk pemasaran ia`pun menawarkan produknya kepada tetangga-tetangganya yang membutuhkan dan dijual ke pasar terdekat. Mungkin bias saja terjadi, pada saat awal melakukan pemasaran produknya ini, pembeli hanya kasihan kepadanya, sehingga membelinya walaupun tidak membutuhkan. Terkadang hal semacam ini menjadi dilematis terhadap pembeli, karena kasihan semata. Tetapi hal itu tidak menyurutkan semangat Irma dan suaminya untuk berusaha. Semakin lama usahanya semakin bertambah, maka iapun tidak mampu mengatasi permintaan pelanggan. Maka selanjutnya Irma dan suaminya mencari orang untuk membantunya. Pada awalnya ia mengoptimalkan temen-teman penyandang cacat untuk membantu memproduksi. Harapannya untuk memberikan bekal terhadap teman-teman senasib agar lebih produktif.


Lambat-laun ia mampu produk yang dihasilkan benar-benar mampu menjawab kebutuhan pasar. Sehingga produk yang dihasilkanpun semakin banyak dan semakin beragam. Tidak hanya keset saja, tetapi juga merambah produk-produk lain yang berbahan dasar kain perca. Pada akhirnya kebutuhan tenaga kerjapun harus terus ditambah untuk memenuhi kuota, sehingga harus terus menambah jumlah tenaga kerja. Hingga saat jumlah tenaga yang mengolah kain perca inipun telah mencapai 2.500 orang, dengan 150 orang di antaranya adalah penyandang cacat. Bahkan iapun menyediakan tempat menginap bagi penyandang cacat yang bekerja ditempatnya. Selain hal itu, iapun mengoptimalkan masyarakat sekitar desanya di Karangsari, Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen. Selain memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar, Irma juga melakukan pendampingan untuk produksi bagi kelompok-kelompok kerja maupun secara individual. Pendampingan yang dilakukan Irma pun pada akirnya telah menyebar seluruh Kebumen maupun Jawa Tengah.

Sejalan dengan perkembangan usahanya, akhirnya berbagai kesempatan datang menghampirinya, termasuk perhatian dari pemerintah daerah maupun propinsi. Berbagai udangan untuk mengikuti pameran produk datang padanya. Di antaranya adalah kesempatan untuk memamerkan produknya di showroom miliki Kementerian Pemuda dan Olah Raga di Jakarta. Pameran produk di Melbourn Australia bersama Kemenporapun pernah dilakukan.

Dengan adanya pengenalan produk inilah, pada akhirnya produk dari Irma tidak hanya di dalam negeri saja, tetapi mampu menembus pasar ekspor. Hingga saat ini Irma telah mampu menciptakan puluhan jenis produk dari memanfaatkan kain perca ini. Kualitaspun terus ditingkatkan demi terjaganya produk dan memberikan kepuasan pelanggan. Hingga saat ini produk yang dihasilkan telah diekspor ke Australi, Jerman, Turki dan Jepang.

Irma telah menerima banyak penghargaan, antara lain Wirausahawati Muda Teladan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (2007), Perempuan Berprestasi 2008 dari Bupati Kebumen (2008), dan Penghargaan dari Jaiki Jepang, khusus untuk orang cacat (indonesiaproud.wordpress.com/). Dan yang terakhir adalah penghargaan dari SCTV Award 2012. (sumber:kompasiana.com)

Siapa bilang orang cacat tidak bisa sukses? Anda tentunya telah membaca kisah perjalanan Irma diatas. Sekarang bagi anda yang tidak menyandang cacat seperti beliau apakah sudah puas dengan keaadan saat ini? Padahal yang cacat saja bisa sukses apalagi kita yang dalam keadaan normal tentunya kita semakin terpacu untuk bisa menjadi pengusaha yang sukses. Semoga kisah tadi bisa mengispirasi pembaca sekalian. Tambah semangat dan bisa menambah semangat pembaca dalam menjalankan bisnis usaha anda. Jaga selalu semangat kewirausahaan, salam sukses selalu!

sumber : http://profilpengusahasuksesindonesia.blogspot.com/2012/11/orang-cacat-yang-sukses-irma-suyanti.html

Cerita Sukses Pengusaha Muda - Rangga Umara


Sebelum di-PHK dari jabatan manajer di sebuah perusahaan, Rangga Umara (31) memilih jualan pecel lele di pinggir jalan. Modal cekak membuat ia terjerat hutang renternir. Bagaimana jatuh-bangun Rangga membangun usaha bisnis RM Pecel Lele Lela? Yuk, simak kisahnya.

Cerita sukses pengusaha muda yang ini sangatlah luar biasa, jatuh bangun dalam menitih karir dibisnis kuliner membuatnya semakin handal disetiap tantangan dan cobaan saat menghadapi masalah. Akan banyak sekali yang kita petik dari cerita perjalanan kesuksesan pengusaha muda yang satu ini.

Yang pasti semangat wirausaha tertanam di jiwa dan raga Rangga Umara untuk selalu konsisten dijalur entrepreneur. Menghadapi semua masalah walaupun sulit dan akhirnya membuahkan hasil yang manis sekali. Saya berharap cerita sukses pengusaha muda Rangga Umara bisa menginspirasi kita semua untuk tetap maju dan berjuang dijalur wirausaha yang lebih mandiri.


Rangga Umara


”Selamat Pagi!” Begitu sapaan khas di RM Lele Lela, begitu Anda masuk ke sana. Tak peduli Anda datang pada pagi, siang, sore, atau malam, tetap disambut dengan ucapan, “Selamat pagi!”

Begitulah aku “mendoktrin” stafku dalam menyambut tamu di rumah makan Lele Lela milikku. Hal itu kulakukan agar para karyawan termotivasi dan produk yang disediakan selalu segar seperti segarnya suasana pagi hari.


Lela bukanlah nama istri atau anak-anakku, melainkan singkatan dari Lebih Laku. Oh, ya, kenalkan, namaku Rangga Umara. Meski usiaku tergolong muda, 31 tahun, pahit getirnya membangun usaha sudah kurasakan sejak bertahun-tahun lalu, sebelum akhirnya RM Pecel Lele Lela dikenal luas. RM ini kudirikan sejak Desember 2006. Bolehlah kini dibilang sukses. Sebab, aku telah melewati masa - masa sulit. Karena itu, aku lebih bisa menghargai jerih payahku, menghargai hidup dan orang lain.


Profesi yang kugeluti ini bisa dibilang melenceng dari pekerjaan bapakku, Deddy Hasanudin, seorang ustaz dan ibuku, Tintin Martini, pegawai negeri yang sebentar lagi bakal memasuki masa pensiun.

Dulu, cita-citaku memang menjadi pengusaha. Namun, entah kenapa akhirnya aku kuliah di sebuah perguruan tinggi di Bandung Jurusan Manajemen Informatika. Ilmu akademis ini mengantarku bekerja di sebuah perusahaan pengembang di Bekasi sebagai marketing communication manager di perusahaan itu.

Sayang, setelah hampir lima tahun bekerja, kuketahui kondisi perusahaan sedang tidak sehat. Hal itu membuat banyak karyawan di-PHK. Saat itulah aku tersadar, aku tinggal menunggu giliran. Karena itu aku mulai memikirkan lebih serius soal rencana hidupku berikutnya. Yang jelas, saat itu yang terpikir olehku, tak ingin lagi menjadi karyawan kantoran karena sewaktu-waktu bisa menghadapi masalah PHK lagi.

 Nekat Wira­usaha

Akhirnya, aku bertekad ingin membuka usaha sendiri. Sayangnya aku bingung mau berbisnis apa. Sebelumnya, aku pernah membuka beberapa usaha kecil-kecilan, antara lain penyewaan komputer, tapi bisnisku selalu gagal. Setelah kupikir-pikir, kuputuskan membuka usaha di bidang kuliner. Alasannya sederhana saja, aku suka sekali makan.

Aku memilih membuka warung seafood seperti yang banyak ditemukan di kaki lima. Modalku hanya Rp 3 juta. Uang itu kuperoleh dari hasil menjual barang-barang pribadiku ke teman-teman, antara lain telepon genggam, parfum, dan jam tangan. Sampai sekarang, barang-barang itu masih disimpan mereka, katanya buat kenang-kenangan. Istriku, Siti Umairoh yang seumur denganku, mendukung keputusanku.

Awalnya, ia pikir aku hanya berbisnis sampingan saja seperti sebelumnya, karena aku mulai berjualan sebelum mengundurkan diri dari perusahaan. Ia kaget ketika aku benar-benar menekuni bisnis ini, meski tetap saja ia mendukung.

Yang keberatan justru orang tuaku. Mungkin mereka khawatir memikirkan masa depan anaknya yang jadi tidak jelas. Maklum aku yang sebelumnya kerja kantoran dengan berbaju rapi, malah jadi terkesan luntang-lantung tidak jelas.

Warung semi permanen berukuran 2x2 meter persegi kudirikan di daerah Pondok Kelapa. Lantaran modal pas-pasan, aku mencari yang sewanya cukup murah, sekitar Rp 250 ribu per bulan. Aku mempekerjakan tiga orang, dua di antaranya adalah suami-istri. Berbeda dari warung seafood  di kaki lima yang umumnya bertenda biru dan berspanduk putih, warungku kudesain unik.

Ternyata, desain unik tak membantu penjualan. Tiga bulan pertama, hasil penjualan selalu minus. Tak satu pun pembeli datang. Aku mencoba berbesar hati, mungkin warungku sepi lantaran banyak yang tidak tahu keberadaan warung tendaku itu. Aku mulai melirik lokasi lain yang lebih ramai. Kutawarkan sistem kerjasama dengan rumah makan dan warung lain, tapi selalu ditolak.

Sampai suatu hari, aku mendatangi sebuah rumah makan semi permanen di kawasan tempat makan, masih di kawasan Pondok Kelapa. Seperti yang lain, pemilik rumah makan ini juga menolak tawaran kerjasamaku. Ia justru menawariku membeli peralatan rumah makannya yang hendak ia tutup lantaran sepi pembeli. Aku menolak, karena tak punya uang. Akhirnya, ia menawarkan sewa tempat seharga Rp 1 juta per bulan. Aku pun setuju.

Mirip Pisang Goreng

Bulan pertama buka usaha, mulai tampak hasilnya. Pembeli mulai berdatangan. Aku tahu, usaha yang bisa sukses dan bertahan adalah usaha yang punya spesialisasi. Kuputuskan untuk berjualan pecel lele, makanan favoritku sejak kuliah. Ya, semasa kuliah dulu, aku rajin berburu warung pecel lele yang enak. Kupikir, orang yang khusus berjualan makanan dari lele belum ada.

Lagi-lagi, nasib baik belum sepenuhnya berpihak kepadaku. Begitu aku berjualan lele, yang laku justru ayam. Kalau menu ayam habis, pembeli langsung memilih pulang. Namun, aku tak mau menyerah. Karena aku tahu lele itu enak. Jadi, ketika para pembeli duduk menikmati hidangan, aku berkeliling meja, minta mereka mencicipi lele hasil masakan kami. Syukurlah, mereka berpendapat masakannya enak.

Dari situ, aku berusaha lebih giat untuk memperkenalkan masakan lele. Aku berusaha menonjolkan kelebihan lele yang terletak pada dagingnya yang lembut dan gurih. Untuk menutupi kekurangan tampilan fisik lele yang mungkin kurang menarik, lelenya aku baluri tepung lalu digoreng. Hasilnya? Gagal total!

Kuamati lele berbalur tepung itu. He..he..he.. ternyata memang mirip pisang goreng. Aku pantang menyerah. Kucoba lagi menggoreng lele dengan tepung. Kali ini, digoreng dengan telur dan melalui beberapa kali proses. Alhamdulillah, sukses! Pembeli makin suka makan lele olahan kami. Pelangganku yang suka makan ayam, mulai beralih ke lele tepung.

Setelah tiga bulan pindah ke tempat baru itu, pendapatan rumah makanku meningkat menjadi Rp 3 juta per bulan. Aku sangat bersyukur. Dari situ aku berpikir untuk lebih total menekuni bisnis ini. Apalagi bila dibandingkan dengan penghasilanku sebagai karyawan kantoran yang cuma “tiga koma”. Maksudnya, setelah tanggal tiga, lalu “koma” Ha… ha.. ha…

Terjebak Rentenir

Tahu usahaku laris, pemilik rumah makan menaikkan biaya sewa jadi dua kali lipat, yaitu Rp 2 juta per bulan. Aku mulai merasa seolah-olah bekerja untuk orang lain karena hasil yang kuraih hanya untuk membayar sewa tempat.

Masalah bertambah lagi karena aku juga harus memikirkan gaji karyawan. Kuputar otakku guna mendapatkan uang untuk membayar gaji karyawan. Aku sudah mantap tidak akan kerja kantoran lagi. Sebab ada tiga orang karyawan yang menggantungkan nasibnya padaku.

Aku mencoba tetap bertahan, walaupun pendapatanku masih minus. Saking pusingnya, di awal 2007 aku nekat berhutang pada seorang rentenir sebesar Rp 5 juta, sekadar untuk menggaji karyawan. Aku berprinsip, dalam kondisi seperti apa pun, karyawan tetap harus diprioritaskan.

Setelah berkali-kali jatuh bangun merintis Pecel Lele Lela, akhirnya Rangga mulai mereguk manisnya madu berbisnis kuliner. Usahanya kian menanjak, terutama setelah banyak orang tertarik menjadi pewaralaba Pecel Lele Lela.

Syukurlah, masalah demi masalah yang menimpa usahaku satu per satu berhasil kulalui. Selain pantang menyerah setiap kali bertemu masalah, aku juga tak ingin terfokus pada masalah yang sedang kuhadapi. Aku lebih suka mencari peluang untuk membuka jalan keluar. Bukannya lari dari masalah, lho. Cara seperti ini justru membuatku terus berpikir optimis dan semangat mencari solusi terbaik.

Berkat lele goreng tepung andalan, rumah makanku semakin ramai pengunjung. Pecinta lele dari berbagai kawasan datang ke rumah makanku di Pondok Kelapa untuk menikmatinya. Senang rasanya melihat perubahan positif ini, terutama bila mengingat bulan-bulan pertama yang sepi pembeli. Ini membuatku makin bersemangat mengajak kerjasama dengan lebih banyak orang lagi.

Sehingga, akhirnya aku bisa segera pindah dari tempat makan pertama yang kusewa seharga Rp 2 juta per bulan. Menu lele yang disediakan pun makin beragam, antara lain lele goreng tepung, lele fillet kremes, dan lele saus padang. Tiga menu inilah yang jadi andalan kami, bahkan jadi favorit pembeli hingga kini.

Namun, di balik kesuksesanku, cobaan kembali menimpa. Salah satu kokiku berhenti bekerja. Belakangan, aku tahu ternyata ia membuka usaha sejenis sepertiku. Apakah aku marah? Tidak. Aku justru kecewa mengapa ia tak memberitahuku sejak awal. Kalau saja tahu, aku pasti akan mendukungnya. Tak bisa kita berharap orang akan seterusnya loyal bekerja pada kita. Aku senang, kok, melihat orang lain maju.

Aku juga senang bila usahaku bisa menginspirasi dan bermanfaat bagi orang lain. Bagiku, rezeki sudah ada yang mengatur. Bahkan ketika saat ini banyak orang berbisnis kuliner lele sepertiku, aku tak menganggap mereka sebagai ancaman. Ini justru memotivasiku untuk terus berusaha lebih baik. Namun, tak urung aku kelimpungan dengan mundurnya sang koki. Apalagi, saat itu rumah makanku mulai ramai.

Istriku kini juga ikut membantu mengembangkan usahaku.

Buka Waralaba

Berkat kerja keras para karyawan, rumah makanku tetap bisa berjalan seperti biasa. Suatu hari, dalam perjalanan pulang ke rumah orangtuaku di Bandung, aku mampir ke sebuah restoran cepat saji asal Amerika. Di situlah aku bertemu Bambang, teman lamaku saat SMA. Dulu, kami sering main basket bareng. Rupanya, Bambang bekerja di restoran itu sebagai manajer.

Aku lalu bercerita, aku sudah punya rumah makan dan mempersilakannya untuk mampir bila ada waktu. Tak disangka, beberapa minggu kemudian ia datang berkunjung ke rumah makanku yang sebetulnya lokasinya sangat jauh dari tempat kerjanya.

Dari situlah kami banyak mengobrol soal bisnis rumah makan. Aku juga curhat  soal kebingunganku sebelumnya ketika ditinggal koki. Bambang lalu banyak memberi masukan, bagaimana mengelola sebuah rumah makan. Tertarik dengan saran-sarannya, akhirnya aku menjadikannya sebagai konsultan, meski kecil-kecilan.

Sebagai honornya, aku mengganti uang bensinnya. Ia membantuku membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) menjalankan rumah makan. Dengan cara seperti ini, aku tak lagi kelimpungan bila ditinggal koki. Bambang juga melatih para karyawan sehingga mereka bekerja lebih profesional, sesuai SOP.

Peran Bambang memang cukup besar. Rupanya, ia menaruh perhatian pada rumah makanku ini, sehingga akhirnya ia berhenti bekerja dari tempatnya bekerja dan pindah kerja padaku. Bahkan, temannya banyak yang mengikuti jejaknya. Kini, Bambang jadi General Manager untuk Pecel Lele Lela.

Syukurlah, dengan adanya SOP ini, usahaku jadi makin berkembang. Aku bisa membuka cabang lagi. Istriku juga ikut membantu usahaku. Bahkan, atas permintaan banyak orang, sejak 2009 Pecel Lele Lela mulai kuwaralabakan. Sebenarnya, aku tak punya rencana untuk mewaralabakannya. Namun, para peminat justru mendukungku untuk melakukannya.

Usahaku tak sia-sia, tahun lalu aku mendapat penghargaan dari Menteri UKM.

Raih Penghargaan

Banyaknya permintaan bisnis waralaba, membuatku akhirnya tak bisa menolak untuk mewaralabakan Pecel Lele Lela. Ya, hitung-hitung lebih memperkenalkan rumah makanku kepada lebih banyak orang sekaligus bagi-bagi rezeki. Meski awalnya permintaan waralaba hanya berasal dari Jabodetabek, kini mulai merambah ke daerah. Di antaranya, Bandung, Yogyakarta, Karawang, dan Purwokerto.

Beberapa cabang lagi akan dibuka dalam waktu dekat, di Medan dan beberapa kota lain. Bahkan, sudah ada permintaan waralaba dari orang-orang Indonesia yang tinggal di Jeddah, Penang, Kuala Lumpur, dan Singapura. Rencananya, cabang-cabang di luar negeri akan direalisasikan tahun ini. Alhamdulillah, kini Pecel Lele Lela telah memiliki 27 cabang, 3 di antaranya adalah milikku sendiri.

Nama Lela sendiri sebenarnya bukan nama istriku atau anak-anakku. Kedua anakku laki-laki, Razan Muhammad (2,5) dan Ghanny Adzra Umara (1,5). Lela hanyalah sebuah singkatan, yaitu Lebih Laku. Ini sekaligus menjadi doa buatku, agar usahaku makin lancar. Alhamdulillah, Ramadan lalu Pecel Lele Lela ikut mengisi menu acara buka bersama yang diadakan Presiden SBY di Istana Negara, yang dihadiri para menteri dan duta dari negara sahabat.

Selain itu, tahun lalu aku juga menerima penghargaan dari Menteri Perikanan dan Kelautan karena usahaku dinilai paling inovatif dalam mengenalkan dan mengangkat citra lele dengan menciptakan makanan kreatif sekaligus mendorong peningkatan konsumsi ikan. Penghargaan lain yang juga kuraih, Indonesian Small and Medium Business Entrepreneur Award (ISMBEA) 2010 dari Menteri Usaha Kecil dan Menengah.

Dua penghargaan ini makin memotivasi diriku untuk lebih bekerja giat sekaligus senang karena usahaku membuat lele jadi menu modern ternyata tak sia-sia. Kini, selain sibuk mengembangkan Pecel Lele Lela, aku juga kerap diundang jadi pembicara di berbagai seminar, termasuk di kampus-kampus di seluruh Indonesia. Senang rasanya berbagi ilmu, agar mereka kelak bisa menciptakan lapangan kerja sendiri.

Mentraktir karyawan makan di restoran lain jadi salah satu caraku menghargai hasil kerja mereka.

 Gratis Makan

Cita-citaku untuk jadi pengusaha kini tercapai sudah. Asal tahu saja, dulu aku pernah bermimpi punya rumah makan dengan konsep seperti restoran cepat saji terkenal. Kini, pelan-pelan mimpi itu mulai terwujud. Aku sendiri tak pernah membayangkan usahaku akan sesukses ini. Banyak orang bilang, kesuksesanku terbilang cepat datangnya.

Aku sangat bersyukur, kini omzet seluruh cabang mencapai Rp 1,8 miliar per bulan, mengingat dulu aku punya banyak rasa takut untuk memulai. Sampai kini, aku masih memegang keyakinan, jika kita mau fokus dalam melangkah, pasti akan sukses.

Prinsipku yang lain sejak memulai usaha adalah selalu mengawali sesuatu dengan akhir yang positif. Maksudnya, aku selalu memikirkan bagaimana nanti kalau usahaku sukses, bukan sebaliknya. Dengan demikian, aku selalu optimis.

Inovasi juga harus jadi kebiasaan, selain terus meningkatkan kualitas dan pencitraan Pecel Lele Lela. Itu sebabnya, kini aku sedang menggodok konsep baru untuk jangka panjang. Diversifikasi menu dan pencitraan Pecel Lele Lela sendiri juga semakin kupikirkan.

Kini, ada banyak pilihan menu lele di Pecel Lele Lela. Untuk menarik hati pembeli, Pecel Lele Lela juga menggratiskan hidangannya bagi pembeli yang berulang tahun di hari kedatangannya. Dan, pembeli bernama Lela juga akan mendapat keistimewaan berupa makan gratis seumur hidup. Menarik, bukan?

Namun, kesuksesan yang kuraih bukan semata-mata kematangan konsep dan kelezatan menu saja, lho. Para karyawan juga punya andil besar. Itu sebabnya, penting bagiku membuat mereka betah dan bekerja dengan hati.

Sebagai penghargaan, tak jarang mereka kutraktir makan di restoran lain. Jika hati senang, mereka juga pasti akan bekerja dengan semangat. Oh ya, soal logo Pecel Lele Lela yang sempat diprotes kedai kopi asal Amerika karena dianggap mirip, juga sudah kuganti sejak membuka cabang ke-16. Doakan aku makin sukses, ya!

Seru sekali bukan? Cerita sukses pengusaha muda ini sangatlah membuat kita akan semakin bersemangat dan bisa membuka wawasan baru serta ide-ide segar untuk meningkatkan bisnis kita masing-masing. Saya berharap cerita sukses pengusaha muda ini bermanfaat bagi kita semua untuk selalu berkreasi dijalur wirausaha mandiri. Tetap semangat para pengusaha muda, Salam sukses!

Sumber :
http://www.tabloidnova.com/
http://profilpengusahasuksesindonesia.blogspot.com/2012/11/cerita-sukses-pengusaha-muda-rangga.html

Kamis, 11 April 2013

Motivasi Menjadi Pengusaha Baru

Menjadi pengusaha adalah pilihan luar biasa dan berani yang perlu kita pilih jika kita ingin mendapatkan kebabasan finansial. Tanpa menjadi seorang pengusaha, tentulah kita akan sulit mencapai yang namanya kebebasan finansial. Sebab dengan menjadi seorang pengusaha, kita tidak ada batasnya.

Prosess termotivasinya seseorang dengan orang lain untuk menjadi pengusaha itu berbeda-beda. kewirausahaan bukanlah sesuatu hal yang dilahirkan melainkan dibangun.Dewasa ini banyak orang yang tertarik untuk menekuni dunia bisnis dan meninggalkan pekerjaan lamanya dengan berbagai alasan. Alasan paling klasik yang dikemukakan biasanya menyangkut masalah uang. Dengan menjadi karyawan, biasanya seseorang kurang mendapatkan penghasilan yang diharapkan. Mereka mencari sumber baru untuk meningkatkan penghasilan. Akan tetapi, banyak juga para calon pengusaha atau entrepreneur ini menerjuni dunia usaha bukan hanya untuk uang semata-mata. Berikut ini beberapa alasan yang memotivasi seseorang menekuni bisnis. Alasan-alasan ini mungkin merefleksikan diri Anda, meskipun tidak menjadi pengusaha besar yang muncul dalam sampul majalah bisnis, tetapi menjadi salah satu pemilik bisnis kecil yang paling sukses.

#Menciptakan sesuatu yang berharga
Sesuatu itu tidak harus berupa temuan yang dahsyat, mungkin bisa berupa sebuah alat baru, sebuah program komputer baru, perangkat yang memudahkan pelaksanaan sebuah pekerjaan, atau layanan yang membantu orang lain dalam meningkatkan kualitas hidup mereka.

#Menyalurkan bakat
Tidak semua penari balet mendirikan sekolah balet. Tetapi banyak orang membuka restoran karena mereka adalah juru masak yang handal, atau mendirikan toko aksesoris karena mereka suka mendesain perhiasan. Bisa juga membuat dan menjual lemari kayu karena mereka tukang kayu yang berbakat.

#Memiliki waktu yang lebih banyak untuk keluarga
Di zaman sekarang, cukup sulit untuk menyeimbangkan antara keinginan dan kebutuhan untuk meluangkan waktu bersama keluarga dan tuntutan pekerjaan. Namun, dengan memulai bisnis sendiri, Anda akan memeroleh keleluasaan yang lebih besar dan berkesempatan untuk mengantar anak kesayangan Anda mengikuti kegiatan di sekolah, atau mengantar ayah Anda ke dokter.

#Menjadi bos
Banyak orang memulai bisnis karena mereka bosan dengan kebiasaan atasan yang suka membuat keputusan-keputusan konyol di perusahaan, sementara mereka sendiri tidak memiliki kewenangan apapun. Saat menjadi bos, tidak otomatis segala sesuatunya menjadi lancar. Tetapi setidaknya Anda tahu, bahwa kesalahan-kesalahan yang berpengaruh pada diri Anda adalah kesalahan diri sendiri.

#Menciptakan lapangan kerja
Jika Anda ingin membuat dunia ini lebih baik, salah satu hal yang bisa Anda lakukan adalah menciptakan lapangan kerja bagi orang lain. Ada kebanggan tersendiri yang tak terkira dalam membangun sebuah usaha yang cukup besar. Apalagi bila mampu memberikan pekerjaan bagi banyak orang sehingga mereka bisa menghidupi keluarganya, menyekolahkan anak-anaknya, atau membayar cicilan rumah. Bila Anda memperlakukan mereka dengan baik serta mampu menciptakan lingkungan kerja positif, Anda benar-benar telah berhasil membuat dunia ini menjadi lebih baik.

#Melakukan pekerjaan lebih baik
Tidak ada yang lebih menyebalkan selain bekerja di perusahaan yang memberikan pelayanan buruk. Mengetahui bahwa Anda mampu melayani pasar dengan cara yang lebih baik dengan meningkatkan kualitas, memberikan pelayanan lebih baik, menekan biaya, atau memperlakukan pegawai dengan lebih baik merupakan motivasi penting dalam memulai bisnis.

#Kebebasan Finansial
Salah satu motivasi yang tidak kalah pentingnya adalah Anda mencari kebebasan finansial. Anda tidak ingin sepanjang hidup Anda mati-matian mengejar uang, bukan? Anda tentu memimpikan di masa depan nanti, Anda bisa pensiun dari rutinitas pekerjaan dan menikmati hidup. Anda ingin bisnis yang dijalani sekarang, menjadi salah satu aset berharga Anda menjadikan mesin uang yang bekerja untuk Anda.

Pendidikan menjadi kunci sukse keluar dari kesulitan dan membantu meraih keberhasilan usaha.

merubah sesuatu yang telah menjadi kebiasaan tidaklah mudah, perubahan bukanlah kata yang memerlukan keberanian dan kerelaan. sadar ataupun tidak kita selalu keluar masuk dari comfort zone berikutnya.

semakin seseorang meyakini bahwa dirinya dapat engelola berbagai kekuatan dan kelemahan, maka semakin yakin ia bahwa dirinya dapat mewujudkan suatu prestasi.

seseorang memiliki minat berwirausaha karena adana suatu motiv, yaitu motivasi untuk berprestasi.

Apa saja yang kita dapatkan hari ini baik disadari maupun tidak, sebenarna merupakan hasil dari proses kekuatan alam bawah dasar.

kuncinya untuk bangkit dalam bisnis adalah keyakinan. Ingat jika Anda tekun tidak dapat yang menghentikan kesuksesan Anda. Kembangkan kebiasaan berfikir positif dan percaya diri untuk menjadi pengusaha sukses.Bila Anda cuma mengharapkan keberhasilan maka keberhasilanlah yang akan datang. Seperti seorang  anak yang meminta roti kepada orangtuanya, maka ibu kehidupan ini akan memberikan roti juga kepada jiwa yang memintanya, dan bukan batu.  Jiwa positif “Aku bisa!”akan selalu dialiri keyakinan dan sukacita. Isi pikiran Anda dengan terang, harapan dan kekuatan, dan segera hidup Anda akan mencerminkan kualitas ini.

sumber :
http://portalinvestasi.com/menjadi-pengusaha-karena-uang/
http://www.hidupberkah.com/slide-news/9-karakter-pengusaha-sukses/
http://blogmotivasi.com/apa-saja-yang-dibutuhkan-untuk-menjadi-pengusaha/
http://hermanlalu.com/herman-lalu-dot-com/9-kebiasaan-ikiran-positif.html


Menerapkan Sikap Bisnis Orang China

Yang harus dikembangkan oleh pengusaha muda yang ingin berhasil, yaitu belajar dan bekerja keras, memiliki motivasi tinggi untuk mencapai tujuan, berusaha dengan mitra dan tidak saling mematikan, serta melakukan inovasi dan bersinergi dalam rangka mencapai keuntungan kedua belah pihak.


Sekitar abad ke-7 bangsa Chin masuk ke Indonesia pada,mereka disebut sebagai “Cina perantauan”, kemudian masuk ke seluruh pelosok tanah air. terutama di pesisir utara pulau Jawa, pesisir selatan dan timur Sumatera, serta pesisir barat Kalimantan. Orang Jawa menyebut mereka (orang china) dengan sebutan “singkek” yang artinya pendatang baru namun mayoritas orang jawa tidak mengetahui arti dari kata singkek tersebut.

para perantau china datang ke tanah air dalam kondisi miskin tidak memiliki apa-apa, sehingga mereka hidup sangat sederhana dan sangat hemat, dan seolah terkesan mereka itu kikir. sehingga sampai sekarang terkesan orang china yang berada di indonesia sangat perhitungan dan pelit.

Orang china memilih berdagang alasan utamanya adalah untuk bertahan hidup. Bagaimana hidup di indonesia, mau menjadi petani, tanah tidak punya, mau bekerja pada orang lain, secara umum rakyat indonesia adalah bertani, bagaimana bisa bekerja kalau keahlian bercocok tanam tidak dimiliki, sedangkan karakter pedagang adalah karakter yang dimiliki nenek moyang mereka ketika merantau di indonesia. karea dianggap berdagang itu lebih mudah, berdagang tidak memerlukan kepintaran khusus, hanya membutuhkan keuletan, tahan banting dan tekun.

falsafah bisnis orang China : untuk mencapau sukses orang China harus berdagang. Berdagang dapat dijadikan hobi tetapi bukan untuk mengisi waktu luang, pengalaman berdagang diberikan kepada anak ccu, keuntugan yang diperoleh sebaiknya tidak dibelanjakan, orang cina suka perdagangan yang memberikan keuntungan jangka panjang dan berkelanjutan dalam waktu yang lama, dan pedagang yang jatuh akan merasa sakit, tetapi rasa sakit ituah yang membuatnya bangkit kembali.Orang cina telah yang berhasil dalam bidang perdagangan menerapkan falsafah atau kebiasaan leluhurnya. Penghormatan orang cina kepada orang tua dan leluhurnya adalah melalui kekayaan. Dengan kekayaan, seorang anak dapat memuliakan orang tuanya. Dan cara ampuhnya adalah dengan berdagang.


Orang Cina cenderung memilih berdagang karena bidang ini tidak dibatasi oleh ruang, waktu dan tempat. Selain bebas, kegiatan perdagangan juga menyediakan ruang yang luas bagi seseorang untuk mengembangkan kemampuannya. Perdagangan orang Cina tidak banyak formalitas dan birokrasi. Mereka berusaha menjadikan kegiatan dagang ini semudah mungkin.

“Jika kita sama rajinnya dengan orang-orang di Barat, kita tidak akan dapat menyaingi mereka,” kata Kim Woo Choong. Jika ingin lebih berhasil dari orang lain, kita tidak punya pilihan, kecuali bekerja dengan lebih keras dan rajin. Persepsi orang Cina pada perdagangan adalah positif. Dunia dagang adalah dunia yang menjanjikan kesenangan, kemewahan, dan kebahagiaan.


Seni bisnis orang China adalah upaya yang menyelaraskan gerakan yang indah sesuai dengan kaidah/ norma dan dapat di nikmati oleh semua orang, khususnya pelanggan dan pedagang.

Prossen tawar menawar sering kali menimbulkan kebanggan luar biasa bagi pedagang. pelanggan yang bisa menawar sehingga harga akan turun akan mersa senang dan puas, oleh sebab itu pengusaha harus menjaga dan memberi kesempatan kepada konsumen untuk tawar-menawar

sumber :
 http://ekonomi.kompasiana.com/wirausaha/2012/01/22/belajar-berdagang-dari-etnis-tionghoa-429430.html
http://supermilan.wordpress.com/2011/09/26/rahasia-sukses-bisnis-orang-cina/
http://shelmi.wordpress.com/2009/09/08/prinsip-bisnis-orang-cina/
http://interior10tami.blogspot.com/2012/03/bab-3-menerapkan-sikap-mental-bisnis.html