@IRNewscom I Bandung: IBUKOTA Jawa barat, Kota Bandung memang pantas mendapat julukan "Paris van Java". Julukan itu masih melengkat hingga sekarang. Selain keindahaan, warga kota ini saat ini amat kreatif. Bahkan kota ini menjadi barometer pertumbuhan industri kreatif nasional.
Bandung juga sekaligus menjadi pusat perkembangan mode, pusat kreasi seni dan budaya, pusat jajanan dan kuliner. Selain itu, juga menjadi tujuan wisata favorit masyarakat dari berbagai penjuru kota hingga negara tetangga Malaysia.
Salah satunya adalah bisnis kuliner yang menjamur hampir di setiap sudut kota. Mulai dari level kaki lima hingga rumah-rumah bergaya kolonial. Rumah bergaya arsitek zaman baheula itu, disulap menjadi kafe. Mereka memanjakan wisatawan dengan racikan kopi ditemani kudapan unik, kreatif dan khas.
Misalnya, cup cake, burger atau pencuci mulut ringan seperti puding dan es krim yang dikemas mengikuti selera pasar atau sedang "happening" istilah kerennya.
Bertumbuhnya kafe kelas menengah ke atas juga dibarengi dengan munculnya usaha-usaha kecil yang lahir dari ide-ide kreatif anak muda Kota Bandung. Jadi jangan heran bila beberapa dari 10 pemenang Shell LiveWire Business Start-Up Awards (BSA) 2012 berasal dari kota berudara sejuk ini.
Sebanyak sepuluh anak muda berbakat, inovatif, dan kreatif, terpilih sebagai pemenang ajang untuk memacu wirausaha muda. Ajang ini, diikuti oleh 398 peserta dari berbagai kota di Pulau Jawa dan Bali dengan rentang usia antara 18-32 tahun.
Dua di antara wirasuaha muda asal Kota Bandung itu adalah Rinanda Halfi Muhamad. Dia berhasil membuat produk "Blackburger Indonesia", yaitu roti burger berwarna hitam diracik dari bumbu sari ketan hitam. Sedangkan Rahadika Widya Nugraha dengan produk Coffee Combi, yakni kopi ala kafe yang dijajakan dengan menggunakan mobil VW combi.
Bagi Rinanda Halfi Muhamad, mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran tidak pernah terpikir sebelumnya bisa membuka bisnis seperti saat ini. Namun ia mengakui sejak kecil suka berorganisasi dengan mengikuti Pramuka dan paskibra, OSIS. Kemudian ketika kuliah bergabung di Himpunan Mahasiswa. Namun selain berorganisasi, Rinanda juga senang berjualan untuk menambah uang jajan.
"Waktu SMP saya berjualan pensil dan pulpen di kelas, SMA saya jualan pulsa untuk menambah uang jajan yang diberikan orang tua. Saat mahasiswa bisnis yang pertama dijajaki membuat online shop karena tidak membutuhkan modal besar", kisahnya.
Pada awal 2010, ia menjual kaos-kaos sepak bola dan bisa omzet yang diperoleh mencapai Rp3 juta sampai 10 juta per bulan. Setelah beberapa bulan Rinanda ketagihan mengembangkan bisnis online shop dengan menambah dua online shop yang menjual butik baju baju wanita dan celana jeans. Semuanya tanpa modal dan bisnis tersebut tidak diproduksi sendiri karena menjajakan barang orang lain.
Namun demikian Rinanda fokus pada startegi marketing sehingga konsumennya lebih beragam dari seluruh Indonesia mulai Aceh hingga Papua.
Rinanda tidak berhenti pada bisnis online shop, sebab jiwa bisnis yang dimiliki sejak kecil.
Inilah yang terus mendorongnya untuk mencari ide-ide kreatif sekaligus terbersit keinginan untuk membuat usaha yang bisa menampung banyak pegawai sehinggaa diputuskan untuk mengembangkan bisnis kuliner.
"Saya keliling kota Bandung untuk mencari inspirasi, dan mencari ide orisinil yang belum pernah ada sebelumnya tapi cocok di lidah konsumen. Akhirnya saya menemukan ide untuk membuat "Blackburger", makanan praktis mudah diproses dan disukai mahasiswa", ujarnya.
Selanjutnya, Rinanda mendapat ide untuk membuat ciri khas dari burger yang dibuatnya. Dia kemudian memilih warna hitam untuk roti yang membungkus daging burger-nya. Dia juga terus berupaya membuat racikan resep dan terus menerus mencari formula yang tepat untuk Blacburger-nya.
Untuk bahan dasar roti berwarana hitam, ia telah mencoba beberapa formula dengan bahan-bahan, antara lain kluwek, merang dan tinta cumi. Namun ternyata gagal, hingga akhirnya ia berhasil racikan formula dari sari ketan hitam. Sedangkan untuk adonan daging dibuat dengan ciri khas pedas langsung dalam racikan dagingnya sudah dimasukkan irisan cabe rawit.
Dalam tempo satu bulan sejak ide tersebut dilaksanakan, Rinanda sudah memulai promo melalui media jejaring sosial Twitter dan Facebook.
"Tujuannya ketika mulai membuka outlet, orang-orang sudah tahu akan ada kuliner unik Blackburger. Hasilnya sangat efektif sebab dalam waktu singkat outlet saya didatangi media elektronik dan media cetak nasional lain berdatangan untuk membuat liputannya. Promo marketing dengan budget minim, bahkan gratis, namun jualan secara bertahap mulai dikenal dan omzet penjualan terus meningkat," katanya.
Rinanda mengaku rata-rata setiap hari mampu menjual habis minimal 50 porsi sampai 80 porsi. Jika malam sabtu dan malam minggu penjualan bisa meningkat 2 kali lipat. Sedangkan harga yang ditawarkan cukup terjangkau mulai dari harga Rp5.000 sampai Rp22.000/porsi. "Walaupun harga kami murah dan tempat kami di pinggir jalan, tapi kami menggunakan bahan-bahan dengan kualitas no 1 untuk menarik konsumen," katanya.
Pada usia baru 22 tahun, Rinanda boleh bangga karena bisa memperkerjakan 12 karyawan baik untuk bisnis onlineshop maupun kuliner Blackburger.
Nikmatnya Kopi Jalanan Kopi sudah menjadi milik semua kalangan dari kelas bawah hingga kelas tinggi. Mulai sebutan warung atau kedai kopi hingga coffee shop hingga merek-merek waralaba asing yang mengikuti munculnya tempat minum kopi yang kini memenuhi setiap sudut kota besar.
Bahkan para penikmat kopi, ada yang membuat komunitas tersendiri. Ide kreatif datang dari Edwin Widya Perdana 26 tahun, pemuda asal Bogor namun mencoba peruntungan di kota kembang. Edwin dengan kejelian tersendiri berupaya membidik pasar mahasiswa dan anak-anak muda yang biasa memadati kota Bandung menjelang akhir pekan.
Berawal dari keinginannya untuk menjajakan kopi dan teh, ia mulai mencari usaha waralaba. "Sudah sempat cari semacam waralaba, tetapi akhirnya terpikir oleh saya untuk membuat usaha sendiri. Kalau hanya membuat kopi dan teh kan bisa buat sendiri," katanya.
Kemduian Edwin berupaya memunculkan suasana unik saat minum kopi di bawah rindangnya pepohonan dan semilir angin kota Bandung di kawasan kampus ITB, jalan Ganesha, tepatnya di depan Masjid Salman ITB.
Pria lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti Jakarta membuat usaha kedai kopi berjalan dengan menggunakan mobil yang dinamakan Coffee Combi. Usaha kedai kopi berjalan ini belum ada di Indonesia. Baru ada di Australia dan Thailand.
Kendala muncul ketika ia akan memulai usaha kedai kopi sebab tempat-tempat strategis yang diincar untuk berjualan, justru menetapkan harga sewa yang mahal. Karena itu, dia memilih menggunakan mobil VW Combi untuk berjualan dengan alasan selain besar, mobil VW Combi harganya sangat terjangkau dengan modal yang dimilikinya saat itu.
Usaha kedai dimulai ketika Coffee Combi mengikuti business fair yang diselenggarakan Universitas Padjadjaran Bandung pada Desember 2011. Ratusan pengunjung memadati acara tersebut, terutama mahasiswa menjadi target penjualan yang kemudian memadati usahanya itu.
Selanjutnya Edwin mulai memasarkan usahanya lewat Twitter, @CoffeeCombi. Ia bahkan tidak menyangka tanggapan yang diberikan masyarakat terhadap usahanya begitu antusias.
Coffee Combi mengusung tagline "1st Coffee Shop Mobile in Bandung." Hal yang menarik dan yang menjadi kekuatan dari Coffee Combi adalah penggunaan mobil jenis VW Combi tahun 1973 yang dimodifikasi sedemikian rupa untuk menjadi display bar coffee shop-nya.
"Kami ingin menghadirkan suasana yang berbeda saat meminum kopi, karena jika kita ingin nongkrong bersama teman-teman sambil ngopi harus masuk ke kedai-kedai kopi di mal. Kini dengan Coffee Combi, mereka dapat merasakan kopi sensasi cafe di mana saja, bahkan di pinggir jalan," katanya.
Untuk urusan produk, Edwin mengaku tidak main-main, kopi yang dihasilkan merupakan kopi fresh yang dibuat dari biji kopi langsung dari mesin kopi di dalam VW Combi. Selain itu ada menu varian Ice Blend seperti Green Tea Matcha Frappe dan Oreo Ekspress yang menjadi favorit. Harga yang ditawarkan juga relatif murah jika dibandingkan coffee shop yang sudah ada.
Rinanda dan Edwin adalah potret dari ratusan anak muda di tanah Air yang memiliki kemauan keras untuk menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.
Sebagai bagian dari finalis Shell LiveWire Business Start-Up Awards (BSA) 2012 yang kemudian terpilih di antara 10 pemenang lainnya, mereka adalah anak muda. Justru mereka kini makin piawai memadukan antara uang, sosial dan teknologi dalam usahanya sebagai wirausaha muda.
"Shell LiveWire Business Start-Up Awards (BSA) merupakan ajang tahunan dari PT Shell Indonesia berujuan dari program ini adalah memilih dan menjaring para wirausahawan muda pemula. Mereka diharapkan bisa menginspirasi anak muda lainnya, sekaligus memberikan banyak pencerahan kepada lingkungannya," kata Sri Wahyu Endah, External Communications & Social Performance Manager Shell Indonesia.
Ia menuturkan dunia kewirausahaan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Saat ini banyak wirausaha termasuk anak muda yang mengelola bisnis. Tujuan mereka, bukan keuntungan semata, tapi juga menciptakan kemakmuran pada lingkungan sekitarnya.
"Menjadi wirausaha muda yang peduli kepada lingkungan sosial, sekaligus menggabungkan nilai ekonomi, inovasi, kualitas produk, kepemimpinan, serta memberikan pencerahan kepada lingkungan sekitarnya adalah salah satu pilihan bagi banyak anak muda kini," ujarnya.[ant]
sumber :
http://indonesiarayanews.com/news/kronik/11-26-2012-22-14/inilah-kisah-sukses-anak-muda-bandung-ciptakan-usaha-kreatif